Selasa, 20 Desember 2016

Proposal Penelitian

Pembuatan proposal penelitian ini guna memenuhi tugas mata kulian Metodologi Penelitian dengan dosen pengampu Dr. Yuliyati,M.Pd. Tugas proposal ini juga sebagai latihan untuk pembuatan proposal penelitian. Semoga bermanfaat ..!



PENGARUH MEDIA BIG BOOK TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 DI SLB PERTIWI MOJOKERTO

PROPOSAL PENELITIAN


Oleh:
QURROTA A’YUN
NIM 14010044072


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016



Usulan Penelitian oleh    : Qurrota A’yun
NIM                                       : 14010044072
Judul                                     :
Pengaruh Media Big book terhadap Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto
Ini telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.



Surabaya, 14 Desember 2016
Pembimbing,

Dr. Yuliyati,M.Pd
NIP : 195707121983032013



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Pembelajaran literasi merupakan bimbingan yang dilakukan untuk memahamkan pebelajar dalam membaca dan menulis. Jadi pembelajaran literasi adalah upaya membelajarkan pebelajar dalam membaca, menulis. Serta upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam berpikir kritis, berhitung, dan memecahkan masalah dengan baik, untuk mengembangkan pengetahuan. Begitu pula pada pembelajaran membaca permulaan yang mencakup pada literasi ini.
Tarigan, (2003), menyatakan bahwa membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa tulis secara tepat. Pengenalan makna kata sesuai dengan konteksnya merupakan prasyarat yang di perlukan untuk memahami pesan yang terdapat pada bahan bacaan.
Membaca permulaan merupakan membaca awala yang diberikan kepada anak di kelas I (satu)sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya (Ritawati, 1996:43). Sedangkan Supriyadi (1993) mengemukakan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Maka dari itu, membaca permulaan memiliki pengaruh pada kemampuan bahwa kemampuan membaca lanjut yang tentu guru harus memerhatikan kemampuan membaca permulaan ini. Sebab bila kemampuan membaca permulaan yang menjadi dasar dalam membaca lanjut tersebut tidak baik, maka kemampuan siswa dalam membaca nantinya akan mengalami kesulitan.
Anak tunagrahita merupakan istilah resmi yang digunkan di Indonesia, yakni merupakan anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang mental (PP No. 72 Tahun 1991). Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas di abawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol- symbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Anak tunagrahita memiliki beberapa klasifikasi, yakni tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Menurut AAMD dan PP No. 72 Tahun 1991 mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. Dalam mata pelajaran akademik mereka pada umumnya mampu mengikuti mata-mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan, baik SLTPLB dan SMLB, Maupun disekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringannya tunagrahita yang disandangnya. Program yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka. IQ anak tunagrahitaringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian soaial mereka dalam bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja pada lingkungan sosial tidak saja padalingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat.
Media pembelajaran big book dapat digunakan untuk menunjang kemampuan membaca permulaan siswa termasuk anak tunagrahita. Media big book merupakan buku besar berisi cerita sederhana guna mempermudah siswa dalam belajar membaca. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh media pembelajaran big book terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

B.       RUMUSAN MASALAH

Adapun dari penelitian ini, maka dapat diambil rumusan masalah, yakni:
1.       Bagaimana pembelajaran media big book pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto?
2.       Bagaimana pengaruh media big book terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto?

C.      TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini ialah:
1.       Mengetahui cara pembelajaran menggunakan media big book pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto.
2.       Mengetahui pengaruh media big book terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto.


D.      MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
1.       Bagi Universitas Negeri Surabaya
Pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian. Kemudian penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang media big book dapat memengaruhi kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.
2.       Bagi sekolah
Dengan mengetahui pengaruh media big book terhadap kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan, diharapkan untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan.
3.       Bagi guru
Sebagai masukan dalam pengelolaan dan peningkatan strategi serta mutu pembelajaran. Dengan mengetahui adanya peningkatan dalam pengaruh pemggunaan media big book terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.
4.       Bagi siswa
Dengan mengetahui adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan setelah penggunaan media big book, diharapkan siswa mampu membaca dengan lancar.
5.       Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan serta memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam tentang bidang yang dikaji yakni tentang literasi.

E.       BATASAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis membatasi permasalahan yaitu kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan membaca awal anak tunagrahita ringan dengan indikator di antaranya kemampuan anak dalam membaca kata, kemampuan anak dalam menceritakan suatu gambar, menghubungkan gambar atau benda dengan kata, membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana, dan membaca nama sendiri dengan lengkap. Penelitian ini dilaksanakan hanya pada siswa tunagrahita ringan kelas 1 SLB Pertiwi Mojokerto.

F.       ASUMSI

Asumsi yang mendasari diankatnya judul dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya ialah:
a.       Media big book merupakan salah satu  media pembelajaran, yang salah satu perannya untuk meningkatkan kemampuan membaca.
b.       Kemampuan membaca tiap anak berbeda.
c.        Kemampuan membaca anak tunagrahita ringan sangat minim.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      HAKIKAT MEMBACA

Anderson (1972:209) secara singkat dan sederhana mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses kegiatan mencocokan huruf atau melafalkan lambing-lambang bahasa tulis atau reading is a recording and decoding process. Sedangkan Finnochiaro dan Bonomo (1973:119) mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or witten material).
Kemudian Goodman (1967:127) bahwa ketika seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh karena itu membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna atau pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris (reading between the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut (reading beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis membaca semacam ini digolongkan kedalam membaca kritis serta membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif
Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Somadyo (2011: 1), membaca merupakan kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis. Lebih lanjut, dikatakan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis.
Menurut Harjasujana (1996: 5), membaca adalah kemampuan yang kompleks. Pembaca tidak hanya memandangi lambang-lambang tertulis semata, melainkan berupaya memahami makna lambang lambang tertulis tersebut. Rahim (2008: 2), membaca adalah aktivitas rumit yang melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Subyantoro (2011: 9), membaca merupakan keterampilan yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang. Pembaca memiliki sikap tertentu, pada awal sebelum keterampilan membaca ini terbentuk.

B.       PENGERTIAN MEMBACA PERMULAAN

Menurut Arifin, (2004), membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepad anak di kelas I dan II sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. seiring dengan itu Sahari dalam (Pattiha, Hawa 2006) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguisti) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca.
Supryadi dalam (Sulistyarini, Dian 2007) mengemukakan bahwa “kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhataian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.
Sedangkan menurut Rita Wati dalam (Soedarso. 2001), mengemukakan langkah-langkah membaca permulaan sebagai berikut: 1) Mengenal unsur kalimat, 2) Mengenal unsur kata, 3) Mengenal unsur huruf, 4) Merangkai huruf menjadi suku kata dan 5) Merangkai suku kata menjadi kata.

C.      MEDIA PEMBELAJARAN

             Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2002). Menurut Usman media atau alat peraga pembelajaran adalah alat yang digunakan guru dalam pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme. Karena pembelajaran yang menggunakan verbalisme cenderung membosankan bagi anak, sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik bila siswa gembira atau senang dalam belajar karena mereka merasa tertarik dan mengerti apa yang dipelajari (Waluya, 2006)

             Menurut Levie & Lenz dalam Arsyad (2002) mengemukakan 4 fungsi media pengajaran, khususnya dalam hal ini media visual adalah:

1.       Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2.       Fungsi afektif, dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar menggunakan teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

3.       Fungsi kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4.       Fungsi kompensatoris, terlihatdari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali

D.      BIG BOOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

                Menurut Piaget dalam supomo (2001), ada empat perkembanga kognitif anak yaitu taha sensori motor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional konkret. Berdasarkan pendapat Piaget tersebut anak SD kelas 1 yang berada pada usia tujuh sampai sebelas tahun berada pada tahap operasinal konkret, sehingga pada pembelajaran bahasa khususnya pembendaharaan kosa kata yang membutuhkan pemikiran abstrak mengalami kesulitan. Dengan demikian guru hendaknya bisa membantu mengkonkretkan permasalahan ini dengan menggunakan media pembelajaran.
                Pada penelitian ini akan dikembangkan sebuah media yang dapat membantu siswa menguasai kosa kata sebanyak-banyaknya dengan media big book. Buku besar atau big book adalah merupakan buku cerita yang berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya, untuk memungkinkan kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa. Big book memperkaya bahasa lisan khususnya penguasaan kosa kata melalui membaca permodelan. Buku ini mempunyai ciri penuh dengan warna-warni, gambar yang menarik, mempunyai kata atau plot yang dapat ditebak, dan memiliki pola teks yang berirama untuk dapat dinyanyikan, ukuran minimal 60 x 45 cm, berisi 10-15 halaman.
                Menurut Aisyah (2002) dalam pembuatan big book ada beberapa tahapan yanng harus dilalui diantaranya:
1.          Menyiapkan konsep cerita yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, ide cerita, teks dan gambar yang mewakilli teks tersebut.
2.          Membuat ilustrasi gambar dan teks
3.          Uji implementasi big book

E.       PENGERTIAN TUNAGRAHITA DAN KLASIFIKASINYA

Banyak istilah untuk menyebut anak yang memiliki hambatan intelektual, baik dalam bahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia, antara lain: mentally handicapped, mentally retarded, mentally deficient, intellectual disability, lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, terbelakang, terbelakang mental, tunagrahita, cacat mental, dan tuna mental. Di Indonesia sendiri secara nasional digunakan istilah tunagrahita (PP. No. 72, 1991). Sedangkan The American Association on Mental Retardation (AAMR) di Amerika mulai 1992 menggunakan istilah mentally retardation yang merupakan revisi dari istilah mentally deficiency. Definisi anak tunagrahita menurut the American Association on Mental Retardation-AAMR (dalam Beirne-Smith, dkk. 2002, hlm. 56) adalah:
Mental retardation refers to substantial limitations in present functioning. It is characterized by significantly subaverage intellectual functioning, existing concurrently with related limitations in two or more of the following applicable adaptive skill areas: communication, self-care, home living, social skills, community use, self-direction, health and safety, functional academics, leisure, and work. Mental retardation manifests before age 18.

Batasan tersebut menunjukkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Dalam hubungan itu, Binet membatasi tunagrahita bagi mereka yang memiliki skor I.Q. 68 atau lebih kecil, sedangkan Wechsler membatasinya bagi mereka yang memiliki skor 69 atau lebih kecil (klasifikasi Binet dan Wechsler dalam Ashman & Elkins, 1994, hlm. 440). Dari batasan kedua tokoh tersebut jelas bahwa skor IQ 69 atau lebih (Binet) danskor IQ 70 atau lebih (Wechsler) tidak termasuk tunagrahita, meskipun skor mereka berada di bawah normal. Selain itu, mereka yang dikelompokkan sebagai tunagrahita juga memiliki keterbatasan dua atau lebih keterampilan adaptif berikut ini: komunikasi, merawat diri, keterampilan berumah tangga, keterampilan sosial, hidup bermasyarakat, pengendalian diri, kesehatan dan keamanan, keterampilan fungsi akademik, pemanfaatan waktu luang dan pekerjaan. Mereka yang mengalami hambatan intelektual dan disertai keterbatasan perilaku adaptif tersebut ditunjukkan sebelum usia 18 tahun.
Istilah tunagrahita diperuntukkan bagi mereka yang mengalami kelainan mental tingkat sedang yang dinyatakan dalam hasil test kecerdasan dengan IQ 36-51 dan ringanIQ 52-67(Grossmandan Heber dalam Payne, 1981, 38 dan Ashman& Elkins, 1994, hlm. 440). Mereka mengalami kekurangan dalam prilaku adaptif dan tampak dalam masa perkembangannya (Grossman dalam Kirk & Gallagher, 1986, hlm. 132), yaitudari lahir hingga mencapai usia 18 tahun (Ashman, 1994, hlm. 438).

Klasifikasi anak tunagrahita menurut:
a.       AAMD dan PP No.72 Tahun 1991
1.       Tunagrahita ringan
       mereka yang termasuk dalam kelompok ini meski[un kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. Dalam mata pelajaran akademik mereka pada umumnya mampu mengikuti mata-mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan, baik SLTPLB dan SMLB, Maupun disekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringannya tunagrahita yang disandangnya. Program yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka. IQ anak tunagrahitaringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian soaial mereka dalam bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja pada lingkungan sosial tidak saja padalingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat.
       Dalam kemampuan bekerja , mereka dapat melakukan pekerjaan yang semi skilldan pekerjaan sosial sederhana, bahkan sebagian besar dari mereka mandiri seluruhnya dalam melakukan pekerjaan sebagaiorang dewasa. Anak tunagrahita ringan sering kali tidak dapat diidentifikasi sampai ia mencapai usia sekolah. Biasanya mereka diketahui setelah mengikuti pelajaran disekolah biasa selama satu atau dua tahun karena kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan penyesuaian diri dengan teman-temannya.
       Prevalensi anak tunagrahita ringan kira-kira 75% dari jumlah seluruh anak tunagrahita.
2.       Tunagrahita sedang
Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “ tanggung jawab sosial”, dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan. Mereka mampu memperoleh keterampilan mengurus diri (self-help) seperti berpakaian, berganti pakaian, mandi, menggunakan WC, dan makan, melindungi dirinya dari bahaya umum di rumah, sekolah dan lingkungannya; dapat mengadakan adaptasi sosial di rumah dan lingkungannya (saling berbagi, menghormati hak milik, kerjasama); dapat belajar keterampilan dasar akademis (membaca tanda-tanda, berhitung yang sederhana, mengenal nomor-nomor sampai dua angka atau lebih); dan bekerja dlam tempat kerja terlindung (sheltered workshop) atau pekerjaan rutin dibawah pengawasan. Pada umumnya anak-anak tunagrahita sedang dapat diketahui sewaktu bayi atau selagi kecil karena keterlambatan perkembangannya dan kadang-kadang dapat terlihat dari penampilan fisiknya. IQ anak tunagrahita sedang berkisar antara 30-50, sehingga tingkat kemajuan dan perkembangan yang dapat dicapai bervariasi. Prevalensi ( perkiaan jumlah) anak tunagrahita sedang kira-kira 20% dari seluruh jumlah anak tunagrahita.
3.       Tunagrahita berat dan sangat berat
Anak yang trgolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memilki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Sepanjang hidupnya merka akan selalutergantung pada bantuan dan perawatan orang lain. Mereka hak yang samauntuk mendaatkan layanan pendidikan/perawawtan sebagaimana lain. Kenyataannya mereka mampu dirawat dan dilatih sehingga kemampuannya dapat berkembang sesuai dengan potensi yang ada. Diantara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus  diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhan serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas. IQ mereka kurang 30.Prevalensi anak tunagrahita berat dan sangat berat kira-kira 5% dari jumlahseluruh anak tunagrahita. Hampir semua anak tungrahit. Hampir semua anak tunagrahita berat dan sangat berat menynadang cacat ganda. Umpannya sebagai tambahan ketunagrahitaan tersebut si anak lumpuh (karena cacat otak), tuli, atau cacat lainnya.

b.       Klasifikasi menuut IQ
Bedasarkan ukuan tingkat intelengensinya Grosman (1983) dengan menggunakan sistem skala Binet membagi ketunagrahitaan dalam klasifikasi sebagai berikut:

Term
IQ range for level
Mild Metal Retardation
50-55 to Aporox, 70
Moderate Metal Retardation
35-40 to 50-55
Severe Metal Retardation
20-25 to 35-40
Profound Metal Retardation
Below 20 or 25
Unspecified

(Hallahan & Kauffman, 1986:47) 
Hebert (1977) yang menggunakan skala sistem penilaian WISC (Paye dan Patton, 1981: 49) mengelompokkan ketunagrahitaan sebagai berikut:

Jenis klasifikasi
IQ
Mild (ringan)
55-70
Moderate (sedang)
40-55
Severe-profound (berat- sangat berat)
Dibawah 40

Klasifikasi di atas masing-masing memiliki sedikit perbedaan, yaitu: Grossman memisahkan kategori Severe dan Profound, sedangkan Hebert menyatukan antara Severe dan Profound. Untuk ketelitian setiap ditulisnya angka IQ sebaiknya disebut nama tesnya, sebab angka IQ yang diperoleh dengan suatu tes tertentu belum tentu sama dengan IQ yang diperoleh dengan tes lain.

F.       KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Menurut Arifin, (2004), membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepad anak di kelas I dan II sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. seiring dengan itu Sahari dalam (Pattiha, Hawa 2006) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguisti) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca.
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelektual atau kecerdasan dibawah rata-rata dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Soemantri, 2006: 103). Disamping intelegensinya di bawah rata-rata anak normal juga tingkat kosentrasinya rendah. Mereka sulit diajak belajar secara intensif dan mereka juga suka berbicara sendiri dengan temannya ketika pembelajaran berlangsung, terkadang ada yang bertengkar dan mengakibatkan ada anak yang menangis sewaktu proses belajar mengajar. Dalam hal ini perlu pembelajaran yang variatif dan menyenangkan bagi anak agar mereka tidak merasa jenuh, sehingga dapat melatih dan meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
Pemaparan para ahli tersebut berkaitan bahwa kemampuan kognitif pada anak tunagrahita tentu berada di bawah kemampuan teman-teman seusianya. Hal ini juga menyebabkan anak tunagrahita mengalami hambatan dalam membaca, sehingga perlu adanya media yang menunjang kemampuan membaca anak tunagrahita ,khususnya tunagrahita ringan. Hal ini dapat diwujudkan salah sautnya dengan menggunakan media big book pada saat pembelajaran membaca.

G.      HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalh penelitian dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah media big book memiliki pengaruh dalam peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.      PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra eksperimen dengan rancangan pre and post test control (rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok), di mana kemampuan membaca permulaan diukur sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan media big book. Dengan adanya pre test dan post test, maka akan nampak ada atau tidaknya pengaruh penggunaan media big book terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

B.       DATA DAN SUMBER DATA PENELITIAN

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah salah satu anak tunagrahita ringan yang berada di kelas satu. Sumber informasi berasal dari sekolah, teman satu kelas, dan guru kelas satu.
Data Penelitian
Nama                   : Arif Aldiansyah Putra
Tanggal Lahir     : 23 Pebruari 2006
Umur                   : 9 tahun
Hasil asesmen  : anak penyandang tunagrahita ringan dengan IQ 63. Anak cenderung pasif, namun bersedia mengerjakan tugaas. Anak memiliki kosakata yang minim, serta mampu menyebutkan kata sederhana. Anak menyukai gambar-gambar.

Sumber Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan di:
Nama Sekolah                   : SLB-ACD PERTIWI
NPSN                                 : 20534762
Kepala Sekolah                 : Bambang Sugianto
Alamat Sekolah                : Kranggan Gang I / 19
Kelurahan                          : Kranggan
Kecamatan                         : Prajurit Kulon
Kota                                     : Kota Mojokerto
Propinsi                              : Jawa Timur
Ststus Sekolah                    : Swasta
Waktu Penyelenggaraan  : Pagi
Jenjang Pendidikan           : SLB

C.      TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Perolehan data yang diinginkan dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu:
1.       Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiono,2009:317) dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi (Sugiono,2009:318). Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam (Sugiono,2009:319).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mengenai kemampuan membaca siswa yang diteliti melalui guru kelas, teman satu kelas, serta kepala sekolah.
2.       Observasi
Menurut Arifin (2009:49), Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,logisdan rasional mengenai fenomena-fenomena yang disellidiki. Dalam hal ini  yang disellidiki adalah kegiatan pembelajaran dan kemampuan siswa.
Peneliti melakukan observasi partisipatif, lebih tepatnya pada partisipasi moderat, yakni peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan menjadi orang luar)
3.       Tes
Menurut Arifin (2009:22) tes ialah teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikevjakan atau dijawab oleh peserta didik, dimana jawaban tersebut menghasilkan nilai bagi mereka. Dalam hal ini peneliti memberikan tes sebanyak 2 kali yaitu pre test dan post test.

D.      TEKNIK ANALISIS DATA

       Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti,melakukan perhitungan untuk menjaawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
       Analisis data dalam penellitian ini dengan menbandingkan hasil pretest dan posttest, apabila terdapat peningkatan terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan, maka berarti penggunaan media big book memiliki pengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

                                                                                      



DAFTAR RUJUKAN

Amin, Moh. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Sarkiyah. 2014. “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 Madrasa Ibtidaiyah
Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota”. Jurnal Kreatif Tadulako, (online), Vol. 4, No. 4, ISSN 2354-614X, (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/3305/2347)
Marlina. 2014. “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali”. Jurnal Kreatif Tadulako, (online), Vol. 2, No. 1, ISSN 2354-614X, (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/2984/2059)

Listiyawati, Kuwat. 2013. “Pengaruh Media Big Book
Terhadap Perkembangan Kemampuan Membaca Awal
Pada Anak Kelompok A Di Tk Aisyiyah Pabelan
Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013”. (online), (http://eprints.ums.ac.id/24714/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf)
Fitriani, Tika Nur. 2013. Pengaruh Penggunaan Media Buku Besar Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Pada Kelompok B, (online), (http://dokumen.tips/download/link/pengaruh-penggunaan-media-buku-besar-big-book-terhadap-kemampuan-membaca)
Herianto, Bima Cahya. 2013. “ Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Permainan Maze Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas Ii Di SLB/C TPA Jember”. Jurnal Pendidikan, (online), (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan khusus/article/view/1776/3348)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar