PENGARUH MEDIA BIG BOOK TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA
RINGAN KELAS 1 DI SLB PERTIWI MOJOKERTO
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
QURROTA A’YUN
NIM 14010044072
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016
Usulan Penelitian oleh : Qurrota
A’yun
NIM :
14010044072
Judul :
Pengaruh
Media Big book terhadap Kemampuan
Membaca Permulaan pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto
Ini telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.
Surabaya, 14 Desember 2016
Pembimbing,
Dr. Yuliyati,M.Pd
NIP : 195707121983032013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pembelajaran
literasi merupakan bimbingan yang dilakukan untuk memahamkan pebelajar dalam
membaca dan menulis. Jadi pembelajaran literasi adalah upaya membelajarkan
pebelajar dalam membaca, menulis. Serta upaya untuk mengoptimalkan kemampuan
dalam berpikir kritis, berhitung, dan memecahkan masalah dengan baik, untuk
mengembangkan pengetahuan. Begitu pula pada pembelajaran membaca permulaan yang
mencakup pada literasi ini.
Tarigan,
(2003), menyatakan bahwa membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa
tulis secara tepat. Pengenalan makna kata sesuai dengan konteksnya merupakan
prasyarat yang di perlukan untuk memahami pesan yang terdapat pada bahan bacaan.
Membaca
permulaan merupakan membaca awala yang diberikan kepada anak di kelas I
(satu)sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya (Ritawati, 1996:43). Sedangkan
Supriyadi (1993) mengemukakan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan
akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Maka dari itu,
membaca permulaan memiliki pengaruh pada kemampuan bahwa kemampuan membaca
lanjut yang tentu guru harus memerhatikan kemampuan membaca permulaan ini.
Sebab bila kemampuan membaca permulaan yang menjadi dasar dalam membaca lanjut
tersebut tidak baik, maka kemampuan siswa dalam membaca nantinya akan mengalami
kesulitan.
Anak
tunagrahita merupakan istilah resmi yang digunkan di Indonesia, yakni merupakan
anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak
normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang
mental (PP No. 72 Tahun 1991). Anak tunagrahita adalah mereka yang
kecerdasannya jelas di abawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap
dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang
berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk
sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan
bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam
pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol- symbol,
berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka
kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Anak
tunagrahita memiliki beberapa klasifikasi, yakni tunagrahita ringan, sedang,
dan berat. Menurut AAMD dan PP No. 72 Tahun 1991 mereka yang termasuk dalam
kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun
mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik,
penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. Dalam mata pelajaran akademik mereka
pada umumnya mampu mengikuti mata-mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan, baik
SLTPLB dan SMLB, Maupun disekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan
berat ringannya tunagrahita yang disandangnya. Program yang diterapkan
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka. IQ anak tunagrahitaringan
berkisar 50-70. Dalam penyesuaian soaial mereka dalam bergaul, dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja pada lingkungan sosial
tidak saja padalingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih
luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat.
Media
pembelajaran big book dapat digunakan
untuk menunjang kemampuan membaca permulaan siswa termasuk anak tunagrahita. Media
big book merupakan buku besar berisi
cerita sederhana guna mempermudah siswa dalam belajar membaca. Melalui
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh media pembelajaran big book terhadap kemampuan membaca
permulaan pada anak tunagrahita ringan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun
dari penelitian ini, maka dapat diambil rumusan masalah, yakni:
1.
Bagaimana
pembelajaran media big book pada anak
tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto?
2.
Bagaimana
pengaruh media big book terhadap
kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi
Mojokerto?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Adapun
tujuan penelitian ini ialah:
1.
Mengetahui
cara pembelajaran menggunakan media big
book pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi Mojokerto.
2.
Mengetahui
pengaruh media big book terhadap
kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan kelas 1 di SLB Pertiwi
Mojokerto.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
Adapun
manfaat dari penelitian ini ialah:
1.
Bagi
Universitas Negeri Surabaya
Pengembangan
ilmu pengetahuan untuk penelitian. Kemudian penelitian ini diharapkan
memberikan sumbangan pengetahuan tentang media big book dapat memengaruhi kemampuan membaca permulaan pada anak
tunagrahita ringan.
2.
Bagi
sekolah
Dengan
mengetahui pengaruh media big book
terhadap kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan, diharapkan untuk
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan sekolah yang bersangkutan.
3.
Bagi
guru
Sebagai
masukan dalam pengelolaan dan peningkatan strategi serta mutu pembelajaran. Dengan
mengetahui adanya peningkatan dalam pengaruh pemggunaan media big book terhadap kemampuan membaca
permulaan pada anak tunagrahita ringan.
4.
Bagi
siswa
Dengan
mengetahui adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita
ringan setelah penggunaan media big book,
diharapkan siswa mampu membaca dengan lancar.
5.
Bagi
penulis
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung
ke lapangan serta memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan
keterampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam tentang bidang yang
dikaji yakni tentang literasi.
E.
BATASAN
PENELITIAN
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka penulis membatasi permasalahan yaitu kemampuan yang
akan diteliti adalah kemampuan membaca awal anak tunagrahita ringan dengan indikator
di antaranya kemampuan anak dalam membaca kata, kemampuan anak dalam
menceritakan suatu gambar, menghubungkan gambar atau benda dengan kata, membaca
gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana, dan membaca nama sendiri dengan
lengkap. Penelitian ini dilaksanakan hanya pada siswa tunagrahita ringan kelas
1 SLB Pertiwi Mojokerto.
F.
ASUMSI
Asumsi
yang mendasari diankatnya judul dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya ialah:
a.
Media
big book merupakan salah satu media pembelajaran, yang salah satu perannya
untuk meningkatkan kemampuan membaca.
b.
Kemampuan
membaca tiap anak berbeda.
c.
Kemampuan
membaca anak tunagrahita ringan sangat minim.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
HAKIKAT
MEMBACA
Anderson (1972:209) secara
singkat dan sederhana mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses kegiatan
mencocokan huruf atau melafalkan lambing-lambang bahasa tulis atau reading
is a recording and decoding process. Sedangkan
Finnochiaro dan Bonomo (1973:119) mencoba mendefinisikan membaca sebagai
proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa
tulis (reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or
witten material).
Kemudian
Goodman
(1967:127) bahwa ketika seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut
kemampuan mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga
menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh
karena itu membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna atau
pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the
lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris (reading
between the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan baris
tersebut (reading beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis membaca
semacam ini digolongkan kedalam membaca kritis serta membaca kreatif. Selain
itu dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan
sebagai proses yang aktif
Tarigan
(2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa
tulis. Somadyo (2011: 1), membaca merupakan kegiatan interaktif untuk memetik
dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis. Lebih lanjut,
dikatakan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan dan digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis.
Menurut
Harjasujana (1996: 5), membaca adalah kemampuan yang kompleks. Pembaca tidak
hanya memandangi lambang-lambang tertulis semata, melainkan berupaya memahami
makna lambang lambang tertulis tersebut. Rahim (2008: 2), membaca adalah
aktivitas rumit yang melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,
dan metakognitif. Subyantoro (2011: 9), membaca merupakan keterampilan yang lambat
laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang. Pembaca memiliki sikap
tertentu, pada awal sebelum keterampilan membaca ini terbentuk.
B.
PENGERTIAN
MEMBACA PERMULAAN
Menurut Arifin, (2004),
membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepad anak di kelas I
dan II sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. seiring dengan itu Sahari
dalam (Pattiha, Hawa 2006) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam
menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguisti) dengan melibatkan faktor
biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata,
kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar
membaca.
Supryadi dalam
(Sulistyarini, Dian 2007) mengemukakan bahwa “kemampuan membaca yang di peroleh
pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca
lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan
membaca permulaan benar-benar memerlukan perhataian guru, sebab jika dasar itu
tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat
memiliki kemampuan membaca yang memadai.
Sedangkan menurut Rita
Wati dalam (Soedarso. 2001), mengemukakan langkah-langkah membaca
permulaan sebagai berikut: 1) Mengenal unsur kalimat, 2) Mengenal unsur kata,
3) Mengenal unsur huruf, 4) Merangkai huruf menjadi suku kata dan 5) Merangkai
suku kata menjadi kata.
C.
MEDIA
PEMBELAJARAN
Media merupakan
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional
dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2002).
Menurut Usman media atau alat peraga pembelajaran adalah alat yang digunakan
guru dalam pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan
mencegah terjadinya verbalisme. Karena pembelajaran yang menggunakan verbalisme
cenderung membosankan bagi anak, sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik
bila siswa gembira atau senang dalam belajar karena mereka merasa tertarik dan
mengerti apa yang dipelajari (Waluya, 2006)
Menurut Levie & Lenz dalam
Arsyad (2002) mengemukakan 4 fungsi media pengajaran, khususnya dalam hal ini
media visual adalah:
1.
Fungsi
atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada
isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran.
2.
Fungsi
afektif, dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar menggunakan
teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap
siswa.
3.
Fungsi
kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa
lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4.
Fungsi
kompensatoris, terlihatdari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan
konteks untuk memahami teks dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali
D.
BIG BOOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Menurut
Piaget dalam supomo (2001), ada empat perkembanga kognitif anak yaitu taha
sensori motor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap
operasional konkret. Berdasarkan pendapat Piaget tersebut anak SD kelas 1 yang
berada pada usia tujuh sampai sebelas tahun berada pada tahap operasinal
konkret, sehingga pada pembelajaran bahasa khususnya pembendaharaan kosa kata
yang membutuhkan pemikiran abstrak mengalami kesulitan. Dengan demikian guru
hendaknya bisa membantu mengkonkretkan permasalahan ini dengan menggunakan
media pembelajaran.
Pada penelitian ini akan
dikembangkan sebuah media yang dapat membantu siswa menguasai kosa kata
sebanyak-banyaknya dengan media big book. Buku besar atau big book adalah
merupakan buku cerita yang berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks
maupun gambarnya, untuk memungkinkan kegiatan membaca bersama antara guru dan
siswa. Big book memperkaya bahasa lisan khususnya penguasaan kosa kata melalui
membaca permodelan. Buku ini mempunyai ciri penuh dengan warna-warni, gambar
yang menarik, mempunyai kata atau plot yang dapat ditebak, dan memiliki pola teks
yang berirama untuk dapat dinyanyikan, ukuran minimal 60 x 45 cm, berisi 10-15
halaman.
Menurut Aisyah (2002) dalam
pembuatan big book ada beberapa tahapan yanng harus dilalui diantaranya:
1.
Menyiapkan
konsep cerita yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, ide cerita,
teks dan gambar yang mewakilli teks tersebut.
2.
Membuat
ilustrasi gambar dan teks
3.
Uji
implementasi big book
E.
PENGERTIAN
TUNAGRAHITA DAN KLASIFIKASINYA
Banyak
istilah untuk menyebut anak yang memiliki hambatan intelektual, baik dalam
bahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia, antara lain: mentally handicapped, mentally retarded, mentally deficient,
intellectual disability, lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran,
terbelakang, terbelakang mental, tunagrahita, cacat mental, dan tuna mental. Di
Indonesia sendiri secara nasional digunakan istilah tunagrahita (PP. No. 72,
1991). Sedangkan The American Association
on Mental Retardation (AAMR) di Amerika mulai 1992 menggunakan istilah mentally
retardation yang merupakan revisi dari istilah mentally deficiency. Definisi anak tunagrahita menurut the American Association on Mental
Retardation-AAMR (dalam Beirne-Smith, dkk. 2002, hlm. 56) adalah:
Mental
retardation refers to substantial limitations in present functioning. It is
characterized by significantly subaverage intellectual functioning, existing concurrently
with related limitations in two or more of the following applicable adaptive
skill areas: communication, self-care, home living, social skills, community
use, self-direction, health and safety, functional academics, leisure, and
work. Mental retardation manifests before age 18.
Batasan tersebut menunjukkan bahwa
yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan intelektual
yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Dalam hubungan itu, Binet membatasi tunagrahita bagi mereka
yang memiliki skor I.Q. 68 atau lebih kecil, sedangkan Wechsler membatasinya bagi mereka yang
memiliki skor 69 atau lebih kecil (klasifikasi Binet dan Wechsler dalam Ashman
& Elkins, 1994, hlm. 440). Dari batasan kedua tokoh tersebut jelas bahwa skor
IQ 69 atau lebih (Binet)
danskor IQ 70 atau lebih
(Wechsler) tidak termasuk tunagrahita, meskipun skor mereka berada di bawah normal. Selain itu, mereka yang dikelompokkan sebagai tunagrahita juga memiliki keterbatasan dua atau lebih keterampilan adaptif berikut ini:
komunikasi, merawat diri,
keterampilan berumah tangga, keterampilan sosial, hidup bermasyarakat,
pengendalian diri, kesehatan dan keamanan,
keterampilan fungsi akademik, pemanfaatan waktu luang dan pekerjaan.
Mereka yang mengalami hambatan intelektual dan disertai keterbatasan perilaku adaptif tersebut ditunjukkan sebelum usia
18 tahun.
‘Istilah tunagrahita diperuntukkan bagi mereka
yang mengalami kelainan mental
tingkat sedang yang dinyatakan dalam hasil
test kecerdasan dengan
IQ 36-51 dan ringanIQ 52-67’ (Grossmandan Heber dalam Payne, 1981, 38
dan Ashman& Elkins, 1994, hlm. 440). ‘Mereka mengalami kekurangan dalam prilaku adaptif dan tampak dalam masa perkembangannya’ (Grossman dalam Kirk & Gallagher,
1986, hlm. 132), yaitu “dari lahir hingga mencapai usia
18 tahun”
(Ashman, 1994, hlm. 438).
Klasifikasi anak tunagrahita menurut:
a.
AAMD
dan PP No.72 Tahun 1991
1.
Tunagrahita
ringan
mereka
yang termasuk dalam kelompok ini meski[un kecerdasannya dan adaptasi sosialnya
terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang
pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. Dalam mata
pelajaran akademik mereka pada umumnya mampu mengikuti mata-mata pelajaran
tingkat sekolah lanjutan, baik SLTPLB dan SMLB, Maupun disekolah biasa dengan
program khusus sesuai dengan berat ringannya tunagrahita yang disandangnya.
Program yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka.
IQ anak tunagrahitaringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian soaial mereka dalam
bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja pada
lingkungan sosial tidak saja padalingkungan yang terbatas tetapi juga pada
lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam
masyarakat.
Dalam
kemampuan bekerja , mereka dapat melakukan pekerjaan yang semi skilldan
pekerjaan sosial sederhana, bahkan sebagian besar dari mereka mandiri
seluruhnya dalam melakukan pekerjaan sebagaiorang dewasa. Anak tunagrahita
ringan sering kali tidak dapat diidentifikasi sampai ia mencapai usia sekolah.
Biasanya mereka diketahui setelah mengikuti pelajaran disekolah biasa selama
satu atau dua tahun karena kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan
penyesuaian diri dengan teman-temannya.
Prevalensi
anak tunagrahita ringan kira-kira 75% dari jumlah seluruh anak tunagrahita.
2. Tunagrahita sedang
Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan
intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan. Mereka dapat
belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu
tingkat “ tanggung jawab sosial”, dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja
dengan bantuan. Mereka mampu memperoleh keterampilan mengurus diri (self-help)
seperti berpakaian, berganti pakaian, mandi, menggunakan WC, dan makan,
melindungi dirinya dari bahaya umum di rumah, sekolah dan lingkungannya; dapat
mengadakan adaptasi sosial di rumah dan lingkungannya (saling berbagi,
menghormati hak milik, kerjasama); dapat belajar keterampilan dasar akademis
(membaca tanda-tanda, berhitung yang sederhana, mengenal nomor-nomor sampai dua
angka atau lebih); dan bekerja dlam tempat kerja terlindung (sheltered
workshop) atau pekerjaan rutin dibawah pengawasan. Pada umumnya anak-anak
tunagrahita sedang dapat diketahui sewaktu bayi atau selagi kecil karena
keterlambatan perkembangannya dan kadang-kadang dapat terlihat dari penampilan
fisiknya. IQ anak tunagrahita sedang berkisar antara 30-50, sehingga tingkat
kemajuan dan perkembangan yang dapat dicapai bervariasi. Prevalensi ( perkiaan jumlah) anak tunagrahita sedang kira-kira 20%
dari seluruh jumlah anak tunagrahita.
3.
Tunagrahita berat dan sangat berat
Anak
yang trgolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memilki kemampuan
untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja.
Sepanjang hidupnya merka akan selalutergantung pada bantuan dan perawatan orang
lain. Mereka hak yang samauntuk mendaatkan layanan pendidikan/perawawtan
sebagaimana lain. Kenyataannya mereka mampu dirawat dan dilatih sehingga kemampuannya
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang ada. Diantara mereka (sampai batas
tertentu) ada yang dapat mengurus diri
sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhan serta dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas. IQ mereka kurang
30.Prevalensi anak tunagrahita berat dan sangat berat kira-kira 5% dari
jumlahseluruh anak tunagrahita. Hampir semua anak tungrahit. Hampir semua anak
tunagrahita berat dan sangat berat menynadang cacat ganda. Umpannya sebagai
tambahan ketunagrahitaan tersebut si anak lumpuh (karena cacat otak), tuli,
atau cacat lainnya.
b. Klasifikasi menuut IQ
Bedasarkan ukuan tingkat
intelengensinya Grosman (1983) dengan menggunakan sistem skala Binet membagi
ketunagrahitaan dalam klasifikasi sebagai berikut:
Term
|
IQ range for
level
|
Mild Metal Retardation
|
50-55 to Aporox,
70
|
Moderate Metal Retardation
|
35-40 to 50-55
|
Severe Metal Retardation
|
20-25 to 35-40
|
Profound Metal Retardation
|
Below 20 or 25
|
Unspecified
|
(Hallahan & Kauffman, 1986:47)
Hebert (1977) yang menggunakan skala
sistem penilaian WISC (Paye dan Patton, 1981: 49) mengelompokkan ketunagrahitaan
sebagai berikut:
Jenis
klasifikasi
|
IQ
|
Mild (ringan)
|
55-70
|
Moderate (sedang)
|
40-55
|
Severe-profound (berat- sangat berat)
|
Dibawah 40
|
Klasifikasi
di atas masing-masing memiliki sedikit perbedaan, yaitu: Grossman memisahkan
kategori Severe dan Profound, sedangkan Hebert menyatukan antara Severe dan Profound.
Untuk ketelitian setiap ditulisnya angka IQ sebaiknya disebut nama tesnya,
sebab angka IQ yang diperoleh dengan suatu tes tertentu belum tentu sama dengan
IQ yang diperoleh dengan tes lain.
F.
KEMAMPUAN
MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
Menurut Arifin, (2004),
membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepad anak di kelas I
dan II sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. seiring dengan itu Sahari dalam
(Pattiha, Hawa 2006) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan
dalam kemampuan berbahasa (linguisti) dengan melibatkan faktor biologis dan
psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan
kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca.
Anak tunagrahita adalah
anak yang memiliki intelektual atau kecerdasan dibawah rata-rata dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Soemantri, 2006: 103). Disamping
intelegensinya di bawah rata-rata anak normal juga tingkat kosentrasinya
rendah. Mereka sulit diajak belajar secara intensif dan mereka juga suka
berbicara sendiri dengan temannya ketika pembelajaran berlangsung, terkadang
ada yang bertengkar dan mengakibatkan ada anak yang menangis sewaktu proses
belajar mengajar. Dalam hal ini perlu pembelajaran yang variatif dan
menyenangkan bagi anak agar mereka tidak merasa jenuh, sehingga dapat melatih
dan meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
Pemaparan para ahli
tersebut berkaitan bahwa kemampuan kognitif pada anak tunagrahita tentu berada
di bawah kemampuan teman-teman seusianya. Hal ini juga menyebabkan anak
tunagrahita mengalami hambatan dalam membaca, sehingga perlu adanya media yang
menunjang kemampuan membaca anak tunagrahita ,khususnya tunagrahita ringan. Hal
ini dapat diwujudkan salah sautnya dengan menggunakan media big book pada saat
pembelajaran membaca.
G.
HIPOTESIS
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalh penelitian dimana rumusan
masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah media big book memiliki pengaruh dalam peningkatan
kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
PENDEKATAN
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan desain penelitian pra eksperimen dengan rancangan pre and post test control (rancangan
pra-pasca test dalam satu kelompok), di mana kemampuan membaca permulaan diukur
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu berupa pembelajaran dengan
menggunakan media big book. Dengan adanya pre
test dan post test, maka akan nampak
ada atau tidaknya pengaruh penggunaan media big book terhadap kemampuan membaca
permulaan pada anak tunagrahita ringan.
B.
DATA
DAN SUMBER DATA PENELITIAN
Subjek
yang digunakan dalam penelitian ini ialah salah satu anak tunagrahita ringan
yang berada di kelas satu. Sumber informasi berasal dari sekolah, teman satu
kelas, dan guru kelas satu.
Data Penelitian
Nama : Arif Aldiansyah
Putra
Tanggal
Lahir : 23 Pebruari 2006
Umur : 9 tahun
Hasil
asesmen : anak penyandang
tunagrahita ringan dengan IQ 63. Anak cenderung pasif, namun bersedia
mengerjakan tugaas. Anak memiliki kosakata yang minim, serta mampu menyebutkan
kata sederhana. Anak menyukai gambar-gambar.
Sumber Data Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di:
Nama
Sekolah : SLB-ACD PERTIWI
NPSN :
20534762
Kepala
Sekolah : Bambang Sugianto
Alamat
Sekolah : Kranggan Gang I / 19
Kelurahan :
Kranggan
Kecamatan :
Prajurit Kulon
Kota :
Kota Mojokerto
Propinsi :
Jawa Timur
Ststus
Sekolah : Swasta
Waktu
Penyelenggaraan : Pagi
Jenjang
Pendidikan : SLB
C.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Perolehan
data yang diinginkan dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu:
1.
Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiono,2009:317) dan dengan wawancara, peneliti
akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa
ditemukan melalui observasi (Sugiono,2009:318). Penelitian kualitatif sering
menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam
(Sugiono,2009:319).
Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mengenai kemampuan membaca siswa
yang diteliti melalui guru kelas, teman satu kelas, serta kepala sekolah.
2.
Observasi
Menurut
Arifin (2009:49), Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan
jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,logisdan rasional mengenai
fenomena-fenomena yang disellidiki. Dalam hal ini yang disellidiki adalah kegiatan pembelajaran
dan kemampuan siswa.
Peneliti melakukan
observasi partisipatif, lebih tepatnya pada partisipasi moderat, yakni peneliti
dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan
tetapi tidak semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan
menjadi orang luar)
3.
Tes
Menurut Arifin
(2009:22) tes ialah teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
evaluasi yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang
harus dikevjakan atau dijawab oleh peserta didik, dimana jawaban tersebut
menghasilkan nilai bagi mereka. Dalam hal ini peneliti memberikan tes sebanyak
2 kali yaitu pre test dan post test.
D.
TEKNIK
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
dari tiap variabel yang diteliti,melakukan perhitungan
untuk menjaawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.
Analisis data dalam penellitian ini
dengan menbandingkan hasil pretest dan posttest, apabila terdapat peningkatan
terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan, maka berarti
penggunaan media big book memiliki pengaruh terhadap kemampuan membaca
permulaan pada anak tunagrahita ringan.
DAFTAR RUJUKAN
Amin,
Moh. 1995. Ortopedagogik Anak
Tunagrahita. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi
Sarkiyah.
2014. “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di
Kelas 1 Madrasa Ibtidaiyah
Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota”. Jurnal Kreatif Tadulako, (online), Vol.
4, No. 4, ISSN 2354-614X, (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/3305/2347)
Marlina. 2014. “Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu Kecamatan
Bungku Barat Kabupaten Morowali”. Jurnal Kreatif
Tadulako, (online), Vol.
2, No. 1, ISSN 2354-614X, (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/2984/2059)
Listiyawati, Kuwat. 2013. “Pengaruh Media Big Book
Terhadap
Perkembangan Kemampuan Membaca Awal
Pada Anak
Kelompok A Di Tk Aisyiyah Pabelan
Kartasura
Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013”.
(online), (http://eprints.ums.ac.id/24714/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf)
Fitriani, Tika
Nur. 2013. Pengaruh Penggunaan Media Buku Besar Terhadap
Kemampuan Membaca Permulaan Pada Kelompok B, (online),
(http://dokumen.tips/download/link/pengaruh-penggunaan-media-buku-besar-big-book-terhadap-kemampuan-membaca)
Herianto,
Bima Cahya. 2013. “ Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media
Permainan Maze Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas Ii Di SLB/C TPA Jember”. Jurnal
Pendidikan, (online), (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan
khusus/article/view/1776/3348)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar